Senin, 15 Maret 2010

AYAH...MENGAPA ENGKAU 'MEMOTONG TANGANKU....TOLONG KEMBALIKAN SEBENTAR SAJA..AGAR KUDAPAT MENYALAMIMU TUK MINTA MAAF

SEPASANG SUAMI istri yang bekerja meninggalkan anaknya yang berusia tiga tahun bernama ita, bersama sang pembantu di rumah. Namanya juga anak-anak yang suka mengeksplorasi diri, ita pun demikian.

Sambil bermain dia mencoret-coret tanah di halaman dengan lidi, sementara pembantunya menjemur pakaian dekat garasi. Puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba untuk mengores-gores mobil ayahnya yang berwarna hitam.

Karena masih baru, mobil tersebut jarang dipergunakan oleh ayahnya ke kantor. Maka, penuhlah mobil tersebut dengan coretan gambar ita.

Begitu ayahnya pulang, dengan bangga ita memberi tahu tentang gambar-gambar yang sudah dibuat di mobil baru ayahnya tersebut. Bukan pujian yang diterimanya, melainkan kemarahan yang sangat besar.

Pertama kali yang kena damprat adalah sang pembantu karena dianggap tidak mengawasi ita di rumah. Baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan anak, maka si ayah mulai mengajarkan anaknya, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan pukulan.

DiPUKULLAH kedua telapak tangan dan punggung tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. Mulai dengan mistar, ranting, sampai lidi disertai luapan emosi yang tak terkendali.
“AMPUN, ‘YAH! SAKIT...SAKIT, AMPUN!” jerit ita.

Sambil menahan sakit di tangannya yang sudah mulai berdarah-darah. Si ibu hanya diam saja, seolah-olah merestui tindakan disiplin yang ditegakkan oleh suaminya.

Puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu untuk membawa ita ke kamarnya. DENGAN HATI TERIRIS, sang pembantu membawa ita ke kamarnya. Sore hari ketika dimandikan, ITA MENJERIT-JERIT MENAHAN PEDIH.

Esoknya tangan ita mulai membengkak, sementara ayah ibunya tetap bekerja seperti biasa. Ketika dilaporkan oleh pembantunya, ibu ita hanya mengatakan, “Oleskan obat saja”.

Hari berganti hari, hinggan suh badan ita mulai panas karena luka tangannya sudah terinfeksi. Ketika dilaporkan, orang tuanya pun hanya mengatakan supaya diberi obat penurun panas.

Hingga suatu malam, panasnya semakin tinggi, bahkan ita mulai mengigau. Buru-buru mereka membawa ita yang sudah tampak melemah ke rumah sakit pada malam itu juga.

Hasil diagnosis dokter menyimpulkan bahwa demam ita berasal dari TANGANNYA YANG SUDAH INFEKSI dan BUSUK akibat luka-lukanya. Setelah seminggu diopname disana, dokter memanggil ayah dan ibunya dan mengatakan, “Tidak Ada Pilihan Lain”.

Dokter mengusulkan agar kedua tangan itu sudah DIAMPUTASI, karena infeksi yang sudah terlalu parah. “ini Sudah bernanah dan membusuk, untuk menyelamatkan nyawa ita, tangannya harus DIAMPUTASI!”.

Mendengar berita ini, orang tua ita bagai disambar petir. Dengan AIR MATA BERURAI dan tangan yang bergetar, mereka menandatangani SURAT PESETUJUAN AMPUTASI ANAK YANG PALING DIKASIHINYA.

Setelah sadar dari pembiusan operasinya, ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Lebih kaget lagi, dia melihat kedua orang tuanya dan pembantunya menangis disampingnya.

Sambil menahan rasa sakit, ita berkata kepada orang tuanya :
“AYAH, ....IBU, ITA TIDAK AKAN MELAKUKANNYA LAGI...ITA SAYANG AYAH, SAYANG MAMA JUGA SAYANG BIBI. ITA MINTA AMPUN SUDAH MENCORET-CORET MOBIL AYAH!”.
Kedua Orang Tuanya semakin MENANGIS mendengar kata-Kata Itu.

Kemudian ita melanjutkan :
‘AYAH...SEKARANG TOLONG KEMBALIKAN TANGAN ITA, UNTUK APA DIAMBIL. ITA JANJI TIDAK AKAN MELAKUKANNYA LAGI. BAGAIMANA KALAU NANTI ITA MAU MAIN DENGAN TEMAN-TEMAN KARENA TANGAN ITA SUDAH DIAMBIL. AYAH...IBU, TOLONG KEMBALIIN, PINJAM SEBENTAR SAJA. ITA MAU MENYALAMI AYAH, MAMA DAN BIBI UNTUK MEMINTA MAAF.!”


Menyesal kedua orang tua Ita sudah tiada guna, Nasi Sudah Jadi Bubur.

Dikutip dari : Buku Setengah Isi...Setengah Kosong (Parlindungan Marpaung)


Renungan :
=======
Anak-anak sebenarnya adalah jiwa yang juga memiliki naluri untuk melakukan sesuatu dengan benar, baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan orangtua.

Namun, cara orangtua yang salah dalam menerapkan pendidikan di rumah, terkadang membuat anak tidak terkendali. "Ketegasan kadang sangat dibutuhkan. Orangtua boleh tegas pada anak asalkan jangan memukul.

Di Jepang beberapa waktu lalu, telah pula dibuktikan jika anak dibesarkan dengan hukuman fisik, saat beranjak remaja akan terlihat keterlambatan pada kata-kata dan perkembangan sosial.

Bahkan, Osaka Report yang menyelidiki hubungan lingkungan dan perkembangan mental anak-anak adalah kecenderungan anak-anak untuk menutup diri pada orang lain dan tidak percaya diri.

"Walaupun masih anak-anak, jika dipukul anak, akan merasa harga dirinya terlukai. Apalagi jika sering dipukul, anak akan tumbuh menjadi sosok yang cenderung pendiam," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI), Dr Syafriani Hasan, beberapa waktu lalu.

Agar kehidupan psikologis anak tidak terganggu saat mereka beranjak dewasa, Seorang Psikolog UI mengaku orangtua harus mencoba untuk tidak memaksakan hukuman fisik kepada anak dengan cara yang kasar. "Sekarang sedang dikembangkan cara pengganti kekerasan, yang lebih efektif dan sedikit risiko. Yang harus dilakukan orangtua ketika mendapati anak yang nakal adalah dengan mengawalinya dengan nasihat dan tetap menjaga kontak mata,"


Sebaiknya perlu disimak nasehat penting dari DOROTHY LAW NOLTE :

Kalau anak hidup dengan KRITIKAN, maka ia akan belajar MENGHUKUM

Kalau anak hidup dengan PERMUSUHAN, maka ia akan belajar KEKERASAN

Kalau anak hidup dengan OLOKAN, maka ia akan belajar MALU.

Kalau anak hidup dengan RASA MALU, maka ia akan belajar MERASA BERSALAH

Kalau anak hidup dengan DORONGAN, maka ia akan belajar PERCAYA DIRI

Kalau anak hidup dengan KEADILAN, maka ia akan belajar MENJALANKAN KEADILAN

Kalau anak hidup dengan KETENTRAMAN, maka ia akan belajar TENTANG IMAN

Kalau anak hidup dengan DUKUNGAN, ia belajar MENYUKAI DIRINYA SENDIRI

Kalau anak hidup dengan PENERIMAAN DAN PERSAHABATAN, maka ia belajar UNTUK MENCINTAI DUNIA.


============
Sumber: okezonecom

0 komentar:

Powered By Blogger